Monday 28 May 2012

Akhir Pesta


Untuk hal seperti sakit seperti ini ada satu hal yang selalu aku rindukan, yaitu sentuhan orang tua, sahabat, maupun pacar atau apapun namanya yang memiliki hubungan emosional. Sedikit naif aku beranikan diri untuk berkelana di negeri orang tanpa salah satu yang di sebutkan yang kemudian dihadapkan pada kenyataan seperti ini.
Orang tua tidak mungkin aku bawa pada perjalanku, aku juga harus menerima kenyataan bahwa keinginan ini bertujuan juga agar hidup mandiri, jauh dari orang tua. Agak munafik kalau orang tua dibawa pada perjalananku untuk “mencari sarang angin” istilah pada sebuah novel yang pernah ku baca dalam mencari hikmah hidup.
Sahabat ku pun memiliki jalannya sendiri untuk menjalani hidup, tidak bisa aku memaksa kehendak supaya mereka menempuh jalan yang sama, bahkan aku sendirilah yang menyuruh mereka menjalankan hal yang berbeda dalam ini tapi memiliki tujuan yang sama.
Pacar?, entahlah. Ada sesuatu hal yang harus aku jalani untuk berangan memilikinya. Tinggal 1 tahap lagi menurutku, namun seperti tindakan seakan aku tidak mau untuk hal itu sekarang ini. Terserahlah mau berfikir apa, namun nanti juga akan jelas pada waktunya.
Sakit ku ini sudah 4 hari sebetulnya, namun sebelum perjalanan liburan paginya sudah sangat jauh mendingan. Tapi karena ini sangat sayang untuk di lewatkan, aku berusaha untuk menghilangkan sakit ini sebentar, menjelang “pesta” ini selesai. Sekarang aku tanggung sendiri resikonya, bukannya sembuh tapi malah semakin menjadi.
Senang tentunya bisa ikut dalam “pesta” keluargaku ini, sangat menyenangkan, ada beberapa hal yang membuatku senang. Namun juga ada beberapa hal yang membuatku agak terdiam. Akan hal itu dan juga penyakit yang semakin menjadi ini. Untuk sekarang aku berharap agar hal itu cepat terselesaikan dan penyakit ini sembuh secepatnya. 

Wednesday 16 May 2012

It's an Adventure


Haha, merasa puas dengan diri sendiri, bisa membawa motor dari Bandung sampai Jakarta dan sebaliknya. Kenapa aku merasa puas, karena menurut kebanyakan orang membawa motor dari Bandung ke Jakarta itu adalah sesuatu yang gila, begitu capek, lagian ada banyak pilihan lain kenapa harus membawa motor.
Ini bukan masalah bodoh atau sesuatu hal yang tidak diperhitungkan. Memang rencananya ini dadakan, tapi menurut ku ini adalah sesuatu yang harus di jalankan, mengingat setiap yang direncanakan matang itu akhirnya tidak jadi dilaksanakan. Memang sedikit gila, ke Jakarta dengan kondisi yang tidak tahu jalan. Tapi inilah nilai tantangan menurut ku, sesuatu yang disebut adventure, menjelajahi sebuah medan dengan kebutaan.
 Aku dulu pernah belajar materi survival dan navigasi medan di sispala-ku. Senior bercerita bahwa mereka dulu hobi menjelajahi hutan tertentu dengan berbekal peta dan kompas. Mereka tidak mengetahui medan yang mereka jelajahi, istilah mereka adalah menyesatkan diri di hutan, selanjutnya mereka mencoba ilmu yang sudah dipelajari yaitu dengan navigasi medan, kalau mereka tersesat dan harus menginap mereka mempraktekkan materi survival.
Agaknya menurutku ini bukanlah sesuatu yang jauh beda, dengan mengandalkan motor dan mulut, aku juga bisa sampai di Jakarta. Ini adalah pencapaian yang luar biasa menurutku, awalnya belum pernah ke Jakarta, sekalinya ke Jakarta dengan motor dan ini sangat menyenangkan, walau akhirnya harus menanggung resiko capek yang sangat parah.

Tanya Sikap


“Ini bukan masalah komitmen, tapi ini masalah pertimbangan berdasarkan keadaan”, inilah kata hatiku terhadap ego.
Awalnya aku berkeyakinan sepenuhnya, sekarang malah aku yang termasuk memperjuangkan ini untuk berbalik arah.
“Ini masalah pertimbangan orang banyak, tidak lagi aku bisa mengandalkan ego, ini adalah masalah perasaan”, fikir ku.
Teman-teman banyak sekali mengeluarkan keluhan, “kalau terus begini gw ga sanggup, gw mending cabut deh”, kata seorang teman.
Menurut ku ini wajar karena pihak itu tidak ada perasaan, mungkin ini karena mereka atau dia tidak mempunyai pendidikan bahkan pengetahuan tentang itu menurutku.
Pada awalnya aku bersikeras bahwa ini harus dilaksanakan, “ga bisa kawan, ini orang kita, kita harus berjuang untuk itu, apa kalian mau menelantarkannya? Dimana kata kalian itu bahwa sesama kita harus diperjuangkan?”, kata-kata ini keluar dari mulutku.
Disetujui memang, namun pada perjalanannya banyak sekali yang tidak diharapkan terjadi, pada teman-teman yang langsung ikut sangat terjadi ketimpangan, keluhan, sakit hati karenanya. Ini tidak fair menurutku, walaupun aku bukan yang merasakan langsung tetapi dari yang dirasakan teman-teman aku mengerti rasa itu.
Sudahlah itu telah berlalu, sekarang pertanyaannya bagaimana kita merubah itu sekarang, tetapi tidak menyalahi apa yang sudah kita putuskan dari awal, mungkin berubah sikap, tapi bagaimana cara terhormat untuk melakukannya.
“sumpah ga ngerti lagi gw mesti gimana, sekarang kondisinya gini, kalau kita lanjut, mati didalam kita, tapi kalau kita balik abis kita dimakan massa”, kata seorang teman yang ikut memikirkan ini.
“Gw ngerti sob, posisi kita sama, sekarang gimana caranya. Sekarang kita fokus di solusi,gimana kita menanggulangi ini, mesti kita pikir caranya yang matang agar ga ada kesinggung sana-sini”, balasku.
Tidak satu-dua orang yang pusing bahkan aku sendiri pun bingung, antara marah dan kasihan
“sekarang kalau menurut gw kita mesti lihat, seberapa besar kita benci itu orang, dan seberapa besar kita kasihan sama ini orang. Kalau udah kita ukur baru menurut gw kita bisa nentuin apa yang harus kita lakuin”, tutur teman lainnya.
Selama beberapa hari setelah itu banyak sekali beban pikiran aku dan teman-teman. Semuanya berfikir tentang apa yang harus dilakukan dengan menimbang masing-masing efeknya.
Pertemuan hari ini menurutku adalah sesuatu yang sudah sangat membuka jalan terang. Hari ini menyimpulkan dari banyak pikiran masing-masing untuk menentukan kemana kita harus bersikap.
“Oke sekarang kita mesti balik, menimbang daripada kita mati didalam, kalau masalah keluar ada beberapa jalan untuk menanggulanginya”, perkataan temanku menyudahi pertemuan kami.
“Tapi kita mesti ada pertemuaan yang lebih gede boy, supaya kita semua paham dengan kondisi yang ada sekarang”, tuturku menambahkan.
“Oke besok kita mesti ketemu lagi, tolong kalian ajak temen-temen yang lain. Ini sangat perlu teman-teman supaya mesti jelas semuanya”, teman ku melanjutkan omongannya.
Menurut ku sekarang ini sudah mendekati selesainya masalah ini. Sekarang bagaimana kita melaksanakannya sob. Kita tunggu apa yang terjadi esoknya.

Tuesday 27 March 2012

Tolak Ukur Penilaian Teman


Ngomongin soal pertemanan, ada satu hal yang jadi pertanyaan saya. Ini tentang “tolak ukur penilaian teman”. Berkaitan dengan pepatah “gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga”. Mungkin sebagian paham dengan pepatah ini, tapi bagi yang belum saya akan menjelaskannya sedikit, maksudnya gara-gara kelakuan satu orang maka semua orang dalam lingkungan itu di cap sama. Pepatah ini menurut saya mempunyai makna bahwa ketika seseorang melakukan kesalahan, maka kebaikan sebelumnya itu akan percuma. Orang akan mengkaji kesalahan yang dia lakukan, dengan melupakan kebaikan sebelumnya, ini saya lihat dari realita yang terjadi di sekitar saya.
Ini sangat dekat hubungannya dengan pertemanan. Ketika seorang teman melakukan kesalahan, maka kebaikannya tidak dipandang lagi. Sangat tidak pantas hal itu, teman hanyalah seorang manusia, dia bisa melakukan kesalahan karena manusia itu tempatnya salah dan khilaf. Sekarang buka matalah kawan, jangan gara-gara satu kesalahannya kita menutup segala kebaikan yang dia lakukan. Coba itu dibawakan ke posisi kita, itu terasa sangat menyakitkan jika kita berada pada posisi dia.
Ada lagi hal yang berkaitan dengan tolak ukur penilaian teman. Saya sebenarnya masih bingung dengan tolak ukur orang berteman. Menurut saya tolak ukur seorang itu bisa menjadi teman adalah ketika kita sepaham, walaupun tidak sepaham tapi dia menghargai pandangan kita. Menurut saya itu sudah cukup menjadi tolak ukur kenapa dia menjadi teman kita. Tidak dengan melihat status sosial, kepentingan atau yang lainnya. Janganlah membeda-bedakan teman seperti itu.

Sunday 5 February 2012

Teman Pacar Temanku

     Hari ini, Sabtu tanggal 4 Februari 2012, untuk pertama kalinya ke kota Bukit Tinggi di tahun ini. Tak ada perubahan yang berarti dari kota itu, masih seperti itu, hanya beberapa hal yang diperindah dari kota itu. Tujuan kali ini masih tetap sama seperti sebelumnya, Jam Gadang, ya Jam Gadang, salah satu tujuan wisata dari kota ini. Sebenarnya bukan Jam Gadang atau tempat wisata lainnya yang ingin aku ceritakan sekarang, lebih kepada sesuatu yang lebih menyenngkan dan lebih indah dari tempat wisata.
     Hari ini aku bertemu teman dalam dunia maya, teman dekat dalam game online. Sebelumnya hanya cerita tanpa peran, sebelumnya hanya kata tanpa gestur, sebelumnya hanya berbicara dan bercerita tanpa tau kepada siapa aku bercerita. Hanya bertemu di dunia maya, hanya itu. Tapi hari ini aku bertemu, walaupun tak semua, tapi setidaknya mereka mewakili yang lain untuk bisa bertatap muka, bertemu dalam dunia nyata. Tak hanya dunia maya, sekarang dalam dunia nyata pun kami bertemu, tapi lagi-lagi bukan ini yang ingin kuceritakan.
     Perjalanan ke Bukit Tinggi hari ini seperti biasa, dengan temanku dan pacarnya, tetapi ada yang beda kali ini, biasanya aku pergi bersama teman-temanku dan pacarnya, namun sekarang aku bersama temanku, hanya seorang, dia bersama pacarnya dan pacarnya mengajak temannya pula, ada dua orang awalnya namun bertemu di Bukit Tinggi satu orang lagi.
     Satu hal yang membuat hari ini begitu indah, teman dari pacar temanku, seseorang yang sering ada dalam gambaranku, semacam gagasan yang timbul dari dulu dalam otakku akan tetapi untuk pertama kalinya aku temui seseorang yang sama seperti gambaran orang masa depan dalam otakku di dunia nyata. Sekarang itu tak lagi cuma ide, tak lagi gagasan, dan tak lagi gambaran yang tak terwujud.
     Wanita sepertimu, teman dari pacar temanku. Orang yang sesuai dengan gambaranku, orang yang sangat sesuai dengan harapku. wanita dengan kerudung, wajah yang ayu, sifat yang sangat merendah, gaya yang tak terlalu diperhitungkan.
     Wanita sepertimu sudah lama dalam dunia ide ku, bayangan yang selama ini yang terus aku cari. wanita sepertimu dengan kerudung, menunjukkan identitas bahwa engkau wanita yang tau agama, dan melaksanakan perintah agama. Tak seperti wanita kebanyakan sekarang, bahkan aku belum apa-apa dibandingkan engkau.
     Wajah yang tak dipoles akan tetapi menunjukkan betapa engkau tidak membutuhkan itu untuk membuat kau terlihat indah. Apa adanya, tapi kau tetap terlihat ayu, bukan tipuan seperti yang lain dengan menutupi untuk terlihat seolah-olah cantik dan seakan-akan manis, tapi kau tak perlu itu, karena kau sudah memiliki itu.
     Sifat yang sangat merendah, tutur kata yang indah, bergaul dengan siapa saja, tanpa melihat golongan dan strata sosial, peduli dengan yang lain. Gaya yang low profile memperindah parasmu nan ayu, membuat setiap orang merasa kagum denganmu, bahkan aku pun mengagumimu. Hanya sebatas kagum saat ini yang kurasa, dan rasa gembira didalam hati karena bisa menemukan orang yang sesuai dengan apa yang aku harapkan. Aku tak berani untuk berharap lebih, karena orang sepertimu sangat sempurna bagi orang sepertiku, belum saatnya aku mendapatkan orang sepertimu, karena ada beberapa hal yang harus kuubah dari diriku untuk bersama orang sepertimu.